Sergai. – Media Indonesia – Sungguh miris melihat keadaan karyawan Kebun Tanah Raja, yang terus bekerja setiap hari tanpa ada libur meskipun tanggal merah maupun adanya cuti bersama yang terlihat di kalender secara umum. Semoga hal tersebut tidak seperti yang pernah dilakukan oleh Kolonial Belanda pada zaman penjajahan, yang memperkerjakan rakyat dengan semena – mena tanpa adanya memperhatikan hak – haknya sebagai pekerja.
Hal tersebut seperti yang di temukan awak Media, ketika turun kelapangan di Kebun Tanah Raja pada hari Sabtu (04/10/2925) di Afdeling 2,3 dan 4. Ketika kami berdialog dengan para penderes, mereka mengeluhkan karena bekerja setiap hari tanpa istirahat meskipun tanggal merah, sembari mengatakan kami jangan di foto dan disebutkan identitas kami ya bang, karena nanti kami kenak marah bang. Kami kan capek juga kalo setiap hari bekerja, liburnya cuma pada saat Tahun baru Nasional sama hari raya keagamaan saja bang. Dan kami juga mau kumpul dan rekreasi ama keluarga, sementara kalo kami menolak bekerja pada tanggal merah, kami semacam kena intimidasi bang, ” Keluh para karyawan tersebut. ”
Emang kalo kami kerja di hari libur, yang istilahnya kami itu Kontanan, lanjut dari salah seorang karyawan, kami diberikan uang sebesar Rp 50.000 untuk kami penderes, tapi nanti itu akan dipotong lagi waktu gajian, bukan uang cuma – cuma bang, ” Ungkapnya. ”
Mendapati temuan tersebut awak Media berusaha konfirmasi ke Calista Fairuz selaku APK ( Asisten Personalia Kebun) Tanah Raja, via WhatsApp nya, namun dijawab agar kami hadir ke kantor nya pada hari Jum’at (10/10/2025) agar dijelaskan sesuai dengan data.
Dan awak Media menjumpai APK, sesuai dengan arahannya dan disitu telah hadir APK beserta jajarannya dan Bambang selaku ketua SPBUN ( Serikat Pekerja Perkebunan) Tanah Raja juga beserta jajarannya. Ketika ditanya, apa dasarnya kerja di hari libur itu berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak Management Perkebunan dengan pihak SPBUN sembari memperlihatkan surat kesepakatan antara Management dengan SPBUN. Dan ketika ditanya kesepakatan tersebut apa ada disosialisasikan ke akar rumput yaitu para penderes, mereka semua terdiam, dan hanya mengatakan disosialisasikan ketika pemberian uang Kontanan, kalo begitu itu namanya pemaksaan karena langsung memberikan uang Kontanan tanpa bisa menolak para penderes.
Kemudian awak Media bertanya, apakah boleh menolak para penderes untuk tidak bekerja, dengan tidak mengambil uang Kontanan awalnya APK mengatakan tidak bisa, namun diralat ketua SPBUN, sebenarnya boleh asal sesuai dengan keadaannya seperti sakit atau ada keperluan lain, yang intinya kami bekerja sesuai dengan Prosedur dan SOP dan di amini oleh APK.
Dari hasil pertemuan tersebut bisa disimpulkan, bahwasanya pihak Management Perkebunan Tanah Raja berkeyakinan bekerja sesuai dengan Prosedur dengan bukti menggandeng SPBUN, namun pihak SPBUN tidak ada sosialisasi terhadap anggotanya dilapangan dalam artian ini hanya sepihak saja, antara Management perkebunan dengan pengurus SPBUN saja. Dan apa yang disampaikan APK dan pihak SPBUN, tidak sesuai dengan dilapangan, terbukti dengan banyaknya keluhan para karyawannya khususnya mengenai kerja hari libur, meskipun masih banyak lagi keluhan mereka.
Dengan adanya berita ini, diharapkan bisa menjadi acuan bagi Management perkebunan, SPBUN dan juga para karyawan, agar bisa dibuktikan dilapangan, sesuai dengan statment mereka masing-masing, karena awak Media selaku sosial kontrol, hanya menyampaikan berita secara berimbang sesuai dengan fakta dilapangan. (Syahrial).










