Subulussalam,Aceh || MediaIndonesia Di tengah gempuran arus informasi dan ancaman ideologi menyimpang, Kota Subulussalam tak tinggal diam. Kamis, 24 Juli 2025, Kejaksaan Negeri Subulussalam menggelar Rapat Koordinasi Tim Pakem (Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan dalam Masyarakat) di Aula Kantor Camat Penanggalan. Kegiatan ini bukan sekadar forum birokrasi, melainkan ruang pertemuan lintas iman, lintas jabatan, dan lintas kepentingan demi satu tujuan: menjaga NKRI dan memperkuat semangat kebangsaan.
Dipimpin Kasi Intelijen Kejari Subulussalam, Delpiandi, SH, rakor berlangsung aktif dan hangat. Dalam sambutannya, Delpiandi menegaskan bahwa pengawasan aliran kepercayaan bukanlah tindakan represif, melainkan upaya preventif dalam membangun ruang hidup yang aman, toleran, dan sejuk.
> “Kita tidak bisa menjaga bangsa ini sendiri. Diperlukan kerja sama seluruh elemen, dari ulama hingga kepala kampong, dari tokoh gereja sampai aparat keamanan, tujuan giat kita menjaga keharmonisan agama, dan aliran kepercayaan yang ada, kita menggali saran dan masukan sebagai bagian dari diskusi menerima dan menganalisa aliran kepercayaan atau aliran keagamaan untuk ketertiban umum dan keamanan” ujar Delpiandi, SH.
Tampak hadir Kepala Kesbangpol Chairunnas, SE, Camat Penanggalan Cari Dengan Bancin, Kasat Intelkam Polres Subulussalam AKP Fajar, perwakilan Kodim 0118 Subulussalam, dan 13 kepala kampong serta utusan Kemenag dari Kecamatan Penanggalan. Para kepala kampong dari Penuntungan, Kuta Tengah, Lae Mbersih, Jontor dan lainnya hadir dengan semangat kolaboratif.
Chairunas, SE Kepala Kesbangpol Kota Subulussalam menekankan hal yang sama akan pentingnya nilai nilai luhur dalam rapat koordinasi untuk pengawasan aliran kepercayaan itu. penegasan Pakem dalam aliran keagamaan untuk tahun 2025. Demikian dijelaskan Kepala Kesbangpol Kota Subulussalam tersebut.
Tak hanya itu, forum ini juga memperlihatkan wajah pluralitas Subulussalam: hadir Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), serta perwakilan Gereja Katolik dan GKPPD serta Utusan LSM Suara Putra Atjeh, Duduk sejajar, mereka mengirimkan pesan kuat bahwa kota ini dibangun di atas pondasi kebersamaan.
> “Wawasan kebangsaan dan pemahaman agama yang utuh harus disebarkan hingga ke dusun-dusun,” ujar salah satu tokoh FKUB yang turut hadir, “Kita bukan hanya menjaga umat masing-masing, tapi juga menjaga Subulussalam sebagai rumah bersama.”
Rakor Pakem 2025 ini menjadi ruang strategis memperkuat sinergi antara aparat penegak hukum, tokoh agama, dan pemerintah kampong dalam menghadapi potensi konflik horizontal yang bisa dipicu oleh masuknya ajaran-ajaran menyesatkan.
Camat Penanggalan Cari Dengan Bancin dalam Pembukaan dan penutupan acara, menekankan pentingnya menanamkan nilai Pancasila dan cinta tanah air dalam setiap program kampong.
> “Kalau kita lengah dalam hal ideologi, maka bukan hanya kampong yang goyah, tapi masa depan bangsa ini ikut rapuh,” ujarnya disambut anggukan peserta.
Kecamatan Penanggalan kota Subulussalam memberi contoh nyata bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekuatan. Dan kebersamaan, bukan pilihan, tapi kewajiban. Rakor Pakem bukan hanya agenda tahunan—ia adalah komitmen kolektif untuk menjaga bangsa ini tetap utuh, dari kampong hingga negara.
Haji Karlinus ketua FKUB(Forum Kerukunan Antar Umat Beragama) juga tak kalah pentingnya memberi pesan Kuat bahwa pengawasan aliran kepercayaan atau aliran keagaamaan. Menurutnya “tindakan pengawasan ini lebih menitikberatkan ke desa atau kampong hingga memberi kita informasi yang lebih cepat dan akurat. Fkub tatap mengharapkan semua pihak untuk menjaga da memelihara keharmonisan agama dan kerukunan ummat beragama.” Ujar Karlinus ketua FKUB kota Subulussalam tersebut.
“IPONG”