SUBULUSALAM, Aceh||MediaIndonesia Saat seluruh siswa menerima raport dan memasuki masa libur, pertanyaan tajam mengenai kelanjutan Program Makan Bergizi (MBG) di Kota Subulusalam menggelegar di tengah masyarakat. Tak hanya soal kelanjutan program, publik juga menuntut klarifikasi tentang nasib anggaran MBG yang telah dialokasikan selama libur.
Masalah inti yang tak bisa disembunyikan lagi adalah struktur pengadaan MBG yang terpecah belah – dari penyedia tempat masak, pengelola dapur, hingga pemasok beras, lauk pauk (ikan, ayam, telor), sayuran, dan daging – semuanya diurus oleh pihak yang berbeda. Kondisi ini membuat MBG disebut-sebut sebagai “lahan basah” yang menjadi rebutan para pelaku, dengan dugaan keuntungan pribadi yang nyata yang mengorbankan kualitas makanan.
“Kualitasnya tidak konsisten – kadang bagus, kadang jelek banget, kayak diseling-seling aja,” tegas salah satu warga yang enggan disebutkan namanya. Bahkan, sebagian orang tua murid secara langsung mengajukan tuntutan agar program MBG tersebut ditiadakan sepenuhnya.
Sampai saat ini, Pemerintah Kota (Pemko) Subulusalam masih membisu dan belum memberikan konfirmasi resmi apakah program akan dihentikan selama libur atau tetap berjalan, serta bagaimana penyaluran anggaran akan diatur. Masyarakat menantikan jawaban yang jelas secepatnya untuk menghindari kesalahpahaman dan memastikan kesejahteraan anak-anak tidak terganggu.
Pewarta:IP








