Menu

Mode Gelap
*Polres Pelabuhan Belawan Gelar Gerakan Pangan Murah Polri, Sediakan Beras Murah untuk Warga* Lapas Perempuan Medan Gelar Razia Gabungan Bersama TNI dan Polri, Wujudkan Lapas Aman dan Bersih dari Barang Terlarang                               *Kanwil Ditjenpas Sumut Luruskan Isu Kerusuhan di Lapas Gunungsitoli, Situasi Terkendali dan Aman* Pembangunan Gedung Baru SD Negeri 153022 Makmur Dimulai, Masyarakat Sambut Antusias Ketua PW IPA Sumut Terpilih Ahmad Irham Tajhi Dukung Langkah Gubernur Atasi Inflasi di Sumatera Utara Pembangunan Menara Masjid Agung Ahmad Bakrie, PD IPA Asahan Nilai Kadis PUTR Layak Dapat Penghargaan

News

Pengajuan Sertifikat TORA di Subulussalam Diduga Palsukan Data dan Rusak Lingkungan, Untuk Kepentingan Jual-Beli

badge-check


					Pengajuan Sertifikat TORA di Subulussalam Diduga Palsukan Data dan Rusak Lingkungan, Untuk Kepentingan Jual-Beli Perbesar

Subulussalam,Aceh || MediaIndonesia Pengajuan sertifikat Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) di kawasan Hutan Produksi Kota Subulussalam kembali menjadi sorotan. Dugaan kuat muncul bahwa proses tersebut melibatkan pemalsuan dokumen, manipulasi data, dan rekayasa surat keterangan tanah (SKT) demi kepentingan pribadi dan potensi transaksi jual-beli lahan yang dilarang dalam regulasi TORA.

Informasi ini diungkapkan Pimpinan Koperasi Nangro, pemegang pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKM) seluas 3.000 hektar. Menurutnya, praktik tersebut melanggar aturan karena memalsukan tanggal dan tahun dokumen SKT di atas kawasan hutan produksi. Ia juga menyebut adanya indikasi keterlibatan mantan Penjabat (PJ) Walikota Subulussalam dalam proses pengajuan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).

> “Mereka membuat SKT fiktif, merekayasa tanggal, tahun, dan memanfaatkan jalur administrasi untuk memasukkan lahan hutan produksi sebagai objek TORA. Ini jelas melanggar hukum dan merusak lingkungan,” ujar Ipong, Ketua Divisi Penyelamatan Lingkungan Hidup Kota Subulussalam.

Para aktivis lingkungan menilai bahwa syarat utama pengajuan TORA adalah penguasaan tanah minimal selama 30 tahun secara sah. Manipulasi SKT dari desa dinilai sebagai bentuk penipuan administrasi yang harus segera diusut. Mereka mendesak KPH Wilayah VI dan Gakkum KLHK untuk segera melakukan pemeriksaan dokumen dan menindak semua pihak yang terlibat.

Regulasi dan Tahapan Resmi Pengajuan TORA Berdasarkan ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian ATR/BPN, pengajuan TORA memiliki prosedur ketat, di antaranya:

1. Usulan & Verifikasi (Bupati/Walikota)

Kepala daerah mengajukan usulan penetapan objek dan subjek TORA ke KLHK dan ATR/BPN, dilengkapi peta, rencana pemanfaatan, dan dokumen batas wilayah.

2. Pelepasan Kawasan Hutan (KLHK)

KLHK melakukan verifikasi lapangan melalui unit BPKH dan Ditjen PSKL. Jika disetujui, diterbitkan SK Pelepasan Kawasan Hutan.

3. Penetapan Hak (ATR/BPN)

ATR/BPN menetapkan hak berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) untuk individu, Hak Pengelolaan (HPL) untuk pemerintah desa, atau hak komunal untuk masyarakat adat.

4. Pembatasan Hak

Lahan TORA tidak boleh diperjualbelikan atau diwariskan untuk mencegah spekulasi dan memastikan keberlanjutan reforma agraria.

5. Objek TORA

Termasuk lahan dalam kawasan hutan yang dilepaskan KLHK, bekas HGU/HGB, tanah negara terlantar, dan tanah hasil penyelesaian sengketa agraria.

Analisis dan Potensi Pelanggaran Jika benar terjadi pemalsuan SKT dan rekayasa data, berarti integritas proses TORA telah dirusak sejak tahap awal. Hal ini bukan hanya tindak pidana pemalsuan dokumen dan penyalahgunaan wewenang, tetapi juga berpotensi menyebabkan kerusakan ekosistem hutan produksi, karena membuka jalan bagi alih fungsi lahan secara ilegal.

Tuntutan Aktivis dan Langkah yang Diharapkan Pemeriksaan Forensik Dokumen: Menelusuri asal-usul SKT, tanggal, dan tandatangan pejabat penerbit.

Penyidikan APH: Mengusut dugaan keterlibatan mantan PJ Walikota dan pihak-pihak yang mengajukan dokumen palsu.

Moratorium Proses Sertifikasi: Menghentikan sementara penerbitan sertifikat TORA di wilayah kota Subulussalam yang bermasalah.

Partisipasi Publik: Melibatkan pengelola HKM dan masyarakat adat dalam pengawasan proses TORA.

 

Pewarta : Raja Kombih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pembangunan Gedung Baru SD Negeri 153022 Makmur Dimulai, Masyarakat Sambut Antusias

26 Oktober 2025 - 08:13 WIB

PT MSB II Luncurkan Program CSR, HRB: “Investasi Harus Beri Manfaat Nyata bagi Warga”

25 Oktober 2025 - 06:19 WIB

Diduga Curang, Proyek Pembangunan SD Negeri 153022 Makmur Di Desa Makmur Gunakan Kayu Durian—Tanpa Papan Proyek! Warga Desak Bupati Tapanuli Tengah Lakukan Tindakan Tegas

22 Oktober 2025 - 05:20 WIB

Dugaan Ilegal Logging Sultan Daulat — Kayu Gelondongan Ditemukan di Lokasi Belum Dikrosing, Barkot Diduga Keluar Ilegal

22 Oktober 2025 - 03:09 WIB

BEMSI Gelar Diskusi Publik Membahas Problematika di Sumut dan Satu Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran

20 Oktober 2025 - 15:53 WIB

Trending di Berita